ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui
peran manajer dalam mengelolaan konflik organisasi, (2) Untuk mengetahui
hambatan-hambatan yang dihadapi manajer dalam organisasi, (3) Untuk mengetahui
upaya-upaya yang dilakukan oleh manajer untuk mangatasi konflik organisasi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif bentuk penelitian kualitatif
dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan terdiri dari
informanI, lokasi penelitian, arsip dan dokumen. Teknik dalam penelitian ini
adalah penelitian perpustakaan dan hasil pengamatan. Dalam mengumpulkan data
menggunakan teknik observasi, dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan model analisis
interaktif mengalir. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Peran
manajer dalam mengelola konflik organisasi: a. Sebagai pembuat keputusan,
dengan adanya hal yang dilakukan dalam memecahkan konflik yang terjadi maka
organisasi melalui manajer dapat mengambil keputusan untuk memberikan hal yang
perlu dilakukan; b. Sebagai motivator, manajer dapat mempengaruhi motivasi
kerja yang dimiliki oleh karyawan dengan memberikan dorongan, bimbingan, dan
pengarahan kepada karyawan; c. Sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik di
dalam organisasi. (2) Hambatan-hambatan yang dihadapi manajer dalam
organisasinya: a. Kurang adanya keterbukaan dari karyawan, b. Kurangnya
kedisiplinan karyawan. (3) Upaya-upaya yang dilakukan oleh manajer untuk
mengatasi hambatan-hambatan dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan adalah:
a. Mendiskusikan setiap permasalahan kerja yang terjadi dalam organisasi b.
Mengadakan pengawasan untuk mencegah tindakan indisipliner
Kata Kunci: Peran Manajer dan Mengelola
Konflik Organisasi
Kata Pengantar
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran
Tuhan Yang Maha Pemurah Allah SWT, karena berkat kemurahan-Nya makalah
ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini yang
menjadi pokok pembahasan adalah “Peran Manajer Dalam Mengelola Konflik
Organisasi”, suatu penelitian yang menitik beratkan pada peranan manajer
terutama dalam mengelola konflik baik itu konflik vertikal maupun konflik
horizontal.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam
pemahaman tentang peranan manajer dalam mengelola konflik organisasi
sehingga hasilnya dapat menjadi masukan serta pengetahuan yang dapat
dipelajari.
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat
baik khususnya untuk diri saya probadi, serta masyarakat luas.
Bandung,
Januari 2010
Penyusun
Rahman Faisal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan manajer dalam suatu organisasi itu
sangatlah penting karena keberadaan manajer yaitu menjadi palang pintu atau
menjadi salah satu ujung tombak dari keberhasilan dalam berorganisasi. Salah
satu tugas atau peran majaner yaitu harus bisa mengelola konflik dalam organisasi
yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itu bisa diselesaikan dengan baik dan
tidak ada yang merasa dirugikan. Manajer adalah Manajer adalah seseorang yang
bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka
guna mencapai sasaran organisasi. Posisi manajer menjadi sangat krusial bila
Direktur atau Deputy dan diharapkan mempunyai peranan dalam meningkatkan serta
menjaga keseimbangan dalam organisasi. Bak panglima perang di era global yang
sarat kompetisi, seorang manajer mengemban tugas menjamin ketersediaan,
keakuratan, ketepatan, dan keamanan informasi serta pengaturan organisasi yang
baik serta yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
sekaligus meningkatkan eksistensi organisasi di tengah-tengah lingkungannya.
Keberhasilan menjalankan tugas ini mensyaratkan manajer mempunyai kemampuan
multidisiplin, antara lain: teknologi, bisnis, dan manajemen, serta
kepemimpinan.
Berbagai kemampuan tersebut memang harus dimiliki
oleh seorang manajer. Apalagi, tantangan sebagai manajer tidaklah ringan.
Pertama, implemetansi organisasi memerlukan proses transformasi baik proses
perkembangan suatu organisasi. Di sini informasi adalah hasil pengolahan data
yang relevansinya sangat tergantung kepada waktu. Kedua, kesiapan SDM untuk
dapat memanfaatkan peluang yang memerlukan pengembangan kompetensi baru dan
disiplin. Ketiga, pengelolaan perubahan (change management) baik yang sifatnya
sistemik maupun ad hoc. Selain itu manajer harus mencari solusi menyusul dampak
dari perubahan.
Empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yakni : (1) Kecerdasan, artinya pemimpin harus memiliki kecerdasan lebih dari pengikutnya, tetapi tidak terlalu banyak melebihi kecerdasan pengikutnya. (2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, artinya seorang pemimpin harus memiliki emosi yang stabil dan mempunyai keinginan untuk menghargai dan dihargai orang lain. (3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, sehingga pemimpin akan selalu energik dan menjadi teladan dalam memimpin pengikutnya. (4) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, dalam arti bahwa pemimpin harus menghargai dan memperhatikan keadaan pengikutnya, sehingga dapat menjaga kesatuan dan keutuhan pengikutnya. Selain itu seorang manajer harus mampu mengelola konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dan dapat mencari win-win solution sehingga kerjasama tim bisa berjalan dengan baik,
Empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yakni : (1) Kecerdasan, artinya pemimpin harus memiliki kecerdasan lebih dari pengikutnya, tetapi tidak terlalu banyak melebihi kecerdasan pengikutnya. (2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, artinya seorang pemimpin harus memiliki emosi yang stabil dan mempunyai keinginan untuk menghargai dan dihargai orang lain. (3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, sehingga pemimpin akan selalu energik dan menjadi teladan dalam memimpin pengikutnya. (4) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, dalam arti bahwa pemimpin harus menghargai dan memperhatikan keadaan pengikutnya, sehingga dapat menjaga kesatuan dan keutuhan pengikutnya. Selain itu seorang manajer harus mampu mengelola konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dan dapat mencari win-win solution sehingga kerjasama tim bisa berjalan dengan baik,
Pemimpin harus memiliki tiga kemampuan khusus yakni
:
- Kemampuan analitis (analytical skills), yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
- Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills), yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap siatuasi.
- Kemampuan berkomunikasi (communication skills), yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang Anda terapkan.
Ketiga kemampuan diatas sangat dibutuhkan bagi
seorang manajer, sebab seorang manajer harus dapat melaksanakan tiga peran
utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information
processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996
: 314-315). Peran pertama meliputi meliputi peran figurehead (sebagai simbol
dari organisasi), leader (berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan
mengembangkannya), dan liaison (menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap
informasi untuk kepentingan organisasi). Sedangkan peran kedua terdiri dari
tiga peran juga yakni monitor (memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi
publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan),
disseminator (menyampaikan infiormasi, nilai-nilai baru dan fakta kepada
bawahan) serta spokesman (juru bicara atau memberikan informasi kepada
orang-orang diluar organisasinya). Adapun peran ketiga terdiri dari empat peran
yaitu entrepreneur (mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi),
disturbance handler (mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang
dalam keadaan menururn), resources allocator (mengawasi alokasi sumber daya
manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadualan, memprogram
tugas-tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan), serta negotiator
(melakukan perundingan dan tawar menawar).
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan
(1996 : 156) mengemukakan tiga macam peran pemimpin yang disebutnya dengan
“3A”, yakni alighting (menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya),
aligning (menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga
setiap orang menuju kearah yang sama), serta allowing (memberikan keleluasaan
kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara mereka bekerja).
Manager:Seseorang yang bekerjadengan dan melaluiorang lain,mengkoordinir
aktifitaskerja mereka untukmencapai suatu tujuanorganisasi.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini terbagi menjadi
yaitu:
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yang didapat
yaitu untuk mengetahui bagaimana dan juga mengetahui lebih jauh mengenai
peranan Manajer dalam mengelola konflik organisasi. Sehingga hasil dari
penelitian ini dapat menjadi masukan kepada manajer agar dapat meningkatkan
kualitas para manajernya.
2. Tujuan Untuk Penulis
Bagi penulis sendiri tujuan dari melakukan atau
melaksanakan penelitian yaitu untuk mengetahui sikap dan tindakan serta untuk
mengetahui bagaimana kebijakan serta proses pengambilan keputusan dari Manajer.
Sehingga dapat menjadi ilmu dan pengetahuan labih dari apa yang sudah didapat.
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi “Bagaimana Peranan
Manajer Dalam Megelola Konflik Organisasi”.
D. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini
yaitu membahas;
- Untuk mengetahui peranan manajer terhadap pengelolaan konflik organisasi
- Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan dan kebijakan manajer terhadap pengelolaan konflik organisasi.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah penelitian
ini yaitu;
Bab I berisikan latar belakang, tujuan
penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah dan sistematika penulisan
Bab II berisikan tinjauan teoritis, pengertian
manajer, peran manajer, etika manajerial, pengertian konflik organisasi, teknik
atau keahlian untuk mengelola konflik, strategi dalam menyiasati konflik,
petunjuk pendekatan pituasi ponflik
Bab III berisikan metode penelitian, tempat dan
waktu penelitian, variabel penelitian, populasi dan pampel, analisis data
Bab IV berisikan peranan manajer dalam
pengelolaan konflik dalam organisasi, peran manajer dalam manajemen
konflik, pandangan manajer mengenai konflik, peran manajer
Bab V berisikan kesimpulan dan saran
Bab VI berisikan keperpustakaan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Manajer
Manajer adalah seorang yang memiliki tanggung
jawab seluruh bagian pada suatu perusahaan atau organisasi. Manajer memimpin
beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa. Pada perusahaan
yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu orang manajer umum, sedangkan
pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya memiliki
beberapa orang manajer umum yang bertanggung-jawab pada area tugas yang
berbeda-beda.
Tingkatan manajer
Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer
sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan
manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana
jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini
adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas:
- Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
- Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
- Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini.
Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan
yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu
proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
2. Etika manajerial
Etika manajerial adalah standar prilaku yang
memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada
tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:
- Perilaku terhadap karyawan
- Perilaku terhadap organisasi
- Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
3. Pengertian Konflik Organisasi
Menurut Baden Eunson (Conflict Management,
2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik:
a) Konflik
vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen
puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia
dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya
secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi,
manajemen kompensasi dan karir.
b) Konflik
Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada
tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah
tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi
penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
c) Konflik
di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki
tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian
mengganggap akan efektif apabila bahan baku
dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu
berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil
karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi dan divisi
pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan
pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi secara
terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang
tepat.
d) Konflik peran berupa
kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik
bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak
karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak
jelas.
4. Faktor penyebab konflik
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah
individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang
berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu
hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik
sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,
tetapi ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan
pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar
belakang kebudayaan
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang
atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat
menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan
mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para
petani menbang
pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun
atau ladang. Bagi para pengusaha kayu,
pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan
membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari
lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan
kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan
mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan
ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok
atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh
dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan
pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan
memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar
terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi
nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi
formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu
yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Penyebab Konflik
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab,
antara lain sebagai berikut:
- Batasan pekerjaan yang tidak jelas
- Hambatan komunikasi
- Tekanan waktu
- Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
- Pertikaian antar pribadi
- Perbedaan status
- Harapan yang tidak terwujud
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :
- Disiplin : Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
- Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan : Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya : perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
- Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
- Mendengarkan secara aktif : Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.
Ada beberapa pendekatan dalam resolusi konflik
yaitu tergantung pada :
- Konflik itu sendiri
- Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
- Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
- Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
- Ketersediaan waktu dan tenaga
a) Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau
masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi
konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil
waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
b) Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur
strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang
lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada
mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat
mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat
yang pertama.
c) Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda
memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya
atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini
mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting
untuk alasan-alasan keamanan.
d) Kompromi atau
Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu
pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
e) Memecahkan
Masalah atau Kolaborasi
- Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
- Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Ada beberapa pendekatan situasi konflik,
diantaranya :
- Diawali melalui penilaian diri sendiri
- Analisa isu-isu seputar konflik
- Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri.
- Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik
- Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat
- Mengembangkan dan menguraikan solusi
- Memilih solusi dan melakukan tindakan
- Merencanakan pelaksanaannya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan pola penelitian berupa pengumpulan data yang ada di keperpustakaan
dan berupa teori serta hasil observasi dilapangan yang ada tentang peranan
manajer dalam pengelolaan konflik dalam suatu organisasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini berada dimana satuan unit
kerja ini bergerak dalan program pendidikan berkelanjutan. Sedangkan waktu
penelitian ini dilaksanakan mulai 11 Januari sampai dengan 20 Januari 2010
selama jam kerja berlangsung.
C. Variabel Penelitian
Variable yang digunakan yaitu:
- Variabel bebas : Peranan Manajer
- Variabel terikat : Pengelolaan Konflik Organisasi
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian menurut Suharsimi (1998:115)
adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984:70)
populasi penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran
generalisasi dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian menurut Suharsimi (1998:117)
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
H. Analisis Data
Dari hasil penelitian yaitu berupa pengumpulan
data yang ada baik yang dari perpustakaan, data yang dari pengamatan peneliti
serta data pendukung lainya maka metode analisis datanya berupa semua hal yang
ada berupa analisis berdasarkan kualitatifnya. Selain itu peneliti juga
menggunakan analisis deskriptif yang menggambarkan keadaan yang ada.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
DATA
4. Peranan manajer dalam pengelolaan konflik dalam organisasi
4.1 Peran Manajer Dalam Manajemen
Konflik
Dalam upaya penanganan konflik sangat penting
dilakukan, hal ini disebabkan karena setiap jenis perubahan dalam suatu
organisasi cenderung mendatangkan konflik. Perubahan institusional yang
terjadi, baik direncanakan atau tidak, tidak hanya berdampak pada perubahan
struktur dan personalia, tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan
pribadi dan organisasional yang berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu,
jika konflik tidak ditangani secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu
keseimbangan sumberdaya, dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang
terlibat.
Untuk itulah diperlukan upaya untuk mengelola
konflik secara serius agar keberlangsungan suatu organisasi tidak terganggu.
Stoner mengemukakan tiga cara dalam pengelolaan konflik, yaitu:
merangsang konflik di dalam unit atau organisasi yang prestasi kerjanya
rendah karena tingkat konflik yang terlalu kecil. Termasuk dalam cara ini
adalah:
1) minta bantuan orang luar
2) menyimpang dari peraturan (going against the
book)
3) menata kembali struktur organisasi
4) menggalakkan kompetisi
5) memilih manajer yang cocok
- meredakan atau menumpas konflik jika tingkatnya terlalu tinggi atau kontra-produktif
- menyelesaikan konflik metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner adalah:
1) dominasi dan penguasaan, hal ini
dilakukan dengan cara paksaan, perlunakan, penghindaran, dan penentuan melalui
suara terbanyak.
2) kompromi
3) pemecahan masalah secara menyeluruh
Konflik yang sudah terjadi juga bisa diselesaikan
lewat perundingan. Cara ini dilakukan dengan melakukan dialog terus menerus
antar kelompok untuk menemukan suatu penyelesaian maksimum yang menguntungkan
kedua belah pihak. Melalui perundingan, kepentingan bersama dipenuhi dan
ditentukan penyelesaian yang paling memuaskan. Gaya perundingan untuk mengelola
konflik dapat dilakukan dengan cara :
a. pencairan, yaitu dengan melakukan
dialog untuk mendapat suatu pengertian
b. keterbukaan, pihak-pihak yang terlibat
bisa jadi tidak terbuka apalagi jika konflik terjadi dalam hal-hal sensitif dan
dalam suasana yang emosional
c. belajar empati, yaitu dengan melihat
kondisi dan kecemasan orang lain sehingga didapatkan pengertian baru mengenai
orang lain
d. mencari tema bersama, pihak-pihak yang
terlibat dapat dibantu dengan cara mencari tujuan-tujuan bersama
e. Menghasilkan alternatif, hal ini dilakukan
dengan jalan mencari alternatif untuk menyelesaikan persoalan yang
diperselisihkan.
f. Menanggapi berbagai alternatif, setelah
ditemukan alternatif-alternatif penyelesaian hendaknya pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik mempelajari dan memberikan tanggapan
g. Mencari penyelesaian, sejumlah
alternatif yang sudah dipelajari secara mendalam dapat diperoleh suatu
konsensus untuk menetapkan suatu penyelesaian
h. Membuka jalan buntu, kadangkala
ditemukan jalan buntu sehingga pihak ketiga yang obyektif dan berpengalaman
dapat diikutsertakan untuk menyelesaikan masalah
i. Mengikat diri kepada penyelesaian
di dalam kelompok, setelah dihasilkan penyelesaian yang disepakati, pihak-pihak
yang terlibat dapat memperdebatkan dan mempertimbangkan penyelesaian dan
mengikatkan diri pada penyelesaian itu
j. Mengikat seluruh kelompok, tahap
terakhir dari langkah penyelesaian konflik adalah dengan penerimaan atas suatu
penyelesaian dari pihak-pihak yang terlibat konflik.
Model penanganan konflik yang lain juga disampaikan oleh Sondang, yaitu dengan cara tidak menghilangkan konflik, namun dikelola dengan cara :
Model penanganan konflik yang lain juga disampaikan oleh Sondang, yaitu dengan cara tidak menghilangkan konflik, namun dikelola dengan cara :
a. bersaing
b. kolaborasi
c. mengelak
d. akomodatif
e. kompromi
Cara lain juga dikemukakan Theo Riyanto, yaitu
dengan secara dini melakukan tindakan yang sifatnya preventif, yaitu dengan cara
:
a. menghindari konflik
b. mengaburkan konflik
c. Mengatasi konflik dengan cara:
1). Dengan kekuatan (win lose solution)
2). Dengan perundingan
4.2 Pandangan Manajer Mengenai Konflik
Terdapat tiga pandangan mengenai konflik. Hal ini
disebabkan karena adanya pandangan yang berbeda mengenai apakah konflik
merugikan, hal yang wajar atau justru harus diciptakan untuk memberikan
stimulus bagi pihak-pihak yang terlibat untuk saling berkompetisi dan menemukan
solusi yang terbaik. Pandangan itu adalah sebagai berikut :
·
Pandangan Tradisional (The Traditional View). Pandangan ini
menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang
negatif, merugikan dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini,
konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality.
·
Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relations View).
Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi
dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari, karena itu keberadaan konflik harus diterima dan dirasionalisasikan
sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.
·
Pandangan Interaksionis (The Interactionist View). Pandangan
ini cenderung mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa
kelompok yang koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis,
apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran
pemikiran ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara
berkelanjutan, sehingga kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri
(self-critical), dan kreatif.
4.3 Peran manajer
Henry
Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada
sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian
mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
- Peran antar pribadi
Merupakan peran yang melibatkan orang dan
kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran
sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
- Peran informasional
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan
penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
- Peran pengambilan keputusan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran
sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan
perunding.
Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara
garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan
orang lain.
Keterampilan manajer
Robert L. Katz pada tahun 1970-an
mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar.
Ketiga keterampilan tersebut adalah:
- Keterampilan konseptual (conceptional skill). Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
- Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill). Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
- Keterampilan teknis (technical skill). Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin
menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:
- Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada
kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara
bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun
2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan
bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji
Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana
dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan
perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil
dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset
berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi
produktivitas perusahaan.
- Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah
dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan
adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer
atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan
keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari
berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer
harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif
yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan
alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap
berada di jalur yang benar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
peran manajer dalam mengelola konflik dalam suatu organisasi itu sangan penting
diantaranya:
- Manajer sebagai mediator dalam memecahkan masalah
- Manajer sebagai konsultan terhadap bawahan
- Manajer sebagai motivator terhadap organisasinya
- Manajer mempunyai peran penting dalam pengambil keputusan
- Seorang manajer diharuskan bisa menguasai semua permasalahan dan dapat diselesaikan dengan musyawarah dan pemikiran yang baik sebelum memutuskannya.
Selain itu seorang manajer juga diharapkan bisa
menjadi teman sekaligus sebagai orang tua dalam organisasi sehingga dengan
keadaan seperti itu perkembangan organisasi bisa diciptakan dengan baik dan
dapat mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi dalam organisasinya.
B. Saran
Selama penelitian yang dilakukan oleh peneliti
ada beberapa saran yang bisa menjadi masukan yaitu:
- Manajer seharusnya bisa mengontrol apa saja yang dilakukan oleh anggota lainnya sehingga dengan begitu manajer secara langsung dapat mengetahui perkembangan yang terjadi dan tidak dilepas begitu saja.
- Manajer seharusnya bisa membimbing dan mengarahkan dengan baik sehingga organisasi yang dipimpinnya bisa berkembang dan menjadi lebih baik sesuai yang diharapkan.
- Jika salah seorang dalam organisasi melakukan kesalahan maka segera ditindak dan diarahkan untuk tidak melakukannya sampai terulang kembali.
- Manajer bisa memberikan solusi yang terbaik untuk organisasinya.
BAB VI
KEPUSTAKAAN
- Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
- Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
- M. Herujito, Yayat. 2006. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: PT. Grasindo.
- K. Rampersad. Hubert, 2006. Total Performance Scorecard. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
- A. Judge. Timothy dan Stephen P. Robbins. 2008. Prilaku Organisasi, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
- Yayasan Obor Indonesia, 2004. Metode Penelitian Keperpustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Santana, Septiawan, 2007. Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia.
- Peran manajer from: www.wikipedia.org
- Tugas dan wewenang manajer from: www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar